Selamat datang di blog kami, semoga tulisan dan artikel di blog ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam melestarikan dan nguri-uri budaya keris & tosan aji. Apabila ada masukan, saran dan hal yang ingin didiskusikan silakan isi komentar di blog kami atau berkunjung langsung ke rumah kami.
- Mentaok Keris -

Rabu, 09 Juli 2014

Tips Mewarangi Keris

Salam hangat rekan2 hobiis keris,

 Pada kesempatan kali ini kami akan berbagi tips mengenai salah satu perawatan keris, yaitu mewarangi keris. Sebagai salah satu upaya perawatan keris, mewarangi keris yang benar sangat penting dilakukan agar keris dapat terjaga kebersihannya. Apabila kita mewarangi keris dengan benar, maka keris dapat terjaga keawetannya bertahun - tahun.

Mewarangi keris tidak perlu dilakukan setiap tahun. Bila kita mewarangi dengan benar, maka mewarangi keris cukup dilakukan 5 tahun, bahkan bisa 10 tahun sekali. Selebihnya, kita cukup mengolesi keris dengan minyak pusaka untuk menjaga agar keris tidak kering.

Fungsi dari mewarangi keris adalah agar tosan aji mampu menampilkan detail keindahan yang sebenarnya, serta melapisi bilah tosan aji agar tidak mudah berkarat.

Gbr. 1 Proses mewarangi bertujuan agar keris mampu memancarkan keindahan di setiap detail pamornya

Persiapan Mewarangi Keris
Sebelum mewarangi keris, kita perlu mempersiapkan alat - alat yang digunakan. Adapun alat - alat tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Sikat Gigi
Fungsi sikat adalah untuk membersihkan keris pada saat proses mutih. Pilih sikat dengan bulu yang halus pada saat proses mutih.
2.    Kuas
Fungsi kuas adalah untuk melakukan proses mutih keris, untuk ngebat (membilas) dengan air, untuk dhawahi warangan pada keris, serta untuk mengolesi minyak sebagai bagian akhir proses mewarangi keris.
3.   Jeruk Pecel
Fungsi jeruk pecel adalah untuk melakukan proses mutih keris. Cara penggunaannya yaitu dengan memeras jeruk pecel, kemudian disaring air jeruk pecel tersebut untuk digunakan pada saat mutih keris.
4.    Warangan
Warangan adalah bahan untuk melakukan proses ndhawahi warangan. Bahan warangan adalah arsenikum yang sifatnya berbahaya bagi manusia sehingga harus hati – hati pada saat menggunakan bahan warangan. Untuk mendapatkan bahan warangan tidak dapat sembarangan, dan dapat diperoleh di apotek atau toko bahan kimia.
Adapun cara penggunaannya adalah bahan warangan digerus halus, kemudian dicampur air jeruk nipis yang telah disaring.
Gbr. 2 Bahan arsenikum merupakah bahan utama pembuatan warangan
5.   Serbet / Alat Pel
Fungsi serbet adalah untuk membersihkan keris pada saat mutih dan ndhawahi.

Proses Mewarangi Keris
Proses mewarangi keris ada 2 bagian besar, yaitu:

1.    Proses Mutih Keris
Tujuan proses mutih adalah untuk membersihkan dan mengeluarkan semua kotoran dari warangan lama. Kunci berhasil tidaknya mewarangi keris ada di bagian mutih ini. Bila proses mutih berhasil, maka proses selanjutnya akan lebih mudah dilakukan.
Pada proses mutih, kotoran dan warangan yang lama dilarutkan, dan bukan digosok. Proses mutih menggunakan air jeruk nipis, kemudian keris disikat menggunakan air jeruk nipis selama beberapa menit. Lalu diamkan beberapa saat, kemudian disikat lagi. Begitu seterusnya sampai keris menjadi putih. Idealnya pada proses mutih, pembersihan bilah, baik pamor maupun besi diupayakan sampai berwarna keperakan (putih seperti grenjeng). Ini menandakan semua kotoran yang ada pada keris telah keluar semua. Setelah itu, keris dibilas menggunakan kuas dan air, kemudian tahap akhir dipel/lap sampai kering.
2.    Proses Ndhawahi Warangan (Marangi)
Pada saat ndhawahi warangan, oleskan cairan warangan pada bilah yang telah putih tadi. Pastikan kontur besi, baja, dan pamor nampak jelas, serta mampu menampilkan keindahan. Proses ndhawahi warangan berhasil bila keris mampu menampilkan gradasi warna yang berasal dari pamor keris tersebut.
Untuk melakukan proses ndhawahi warangan ini memang diperlukan pengalaman dan keterampilan, sehingga terkadang kita bisa membawa keris yang telah kita bersihkan tadi ke tukang warangan yang handal. Tujuannya agar diperoleh hasil warangan yang maksimal.
3.    Proses Finishing
Setelah proses mewarangi dianggap telah cukup, maka ada 2 model finishing:
·       Model Mangkukusuman
Bilas cukup, olesi minyak, dijemur sampai atus, dicuci kembali dengan deterjen sunlight, dipe lalu dijemu, kering, selesai.
·       Model Murdowilagan
Setelah proses marangi dianggap selesai lalu diolesi minyak, dijemur sampai atus, selesai.

Demikian tips proses mewarangi keris, semoga dapat berguna dan menambah pengetahuan rekan-rekan hobiis keris dan tosan aji semua.

Terima kasih, salam keris!!!
Mentaok Keris
Baca SelengkapnyaTips Mewarangi Keris

Senin, 07 Juli 2014

Multifungsi Keris dalam Masyarakat Jawa

Sebagai salah satu budaya nasional bangsa Indonesia, keris mendapat tempat yang paling terhormat dan dikeramatkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
  • Memiliki nilai historis
  • Buatan Empu 
  • Pernah dimiliki oleh tokoh dalam sejarah
  • Benda seni adiluhung yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi.
 Adapun dalam struktur masyarakat Jawa, keris memegang peranan yang sangat penting serta memiliki berbagai multifungsi, yaitu :
  1. Sebagai senjata tikam
    •  Gambar dalam candi-candi kuno di Jawa
  2. Sebagai peninggalan/ wasiat/ pusaka
    •  Diberikan pada orang yang dicintai.
  3. Sebagai identitas pribadi/keluarga/keluarga besar/dinasti
    •  Joko Piturun, Setan Kober, Kyai Cangkring.
  4. Sebagai lambang kedewasaan/kejantanan/keperwiraan
    •  Pria paripirna harus memiliki 5 kelengkapan.
  5. Sebagai lambang kedudukan dan tingkat kebangsawanan
    •  Merupakan bentuk produk budaya feodal, bentuk keris, warongko, pendhok, ukuran, dan lain-lain sangat menentukan kedudukan si pemakai.
  6. Sebagai tanda jasa/satya lencana
    •  Gajah Singo : Sebagai tetenger penaklukan Sultan Agung di daerah Pati.
  7. Sebagai atribut duta (utusan)
    •  Kyai Pakumpulan (PB X ® GBH. Suryohamijoyo)
  8. Sebagai lambang persaudaraan/perkawinan
    •  Cenderamata antarkerajaan,  cundhuk ukel, kancing gelung
  9. Sebagai pelengkap busana
    •  Resmi/tidak resmi sesuai tingkat kebangsawanan.
  10. Sebagai medium sengkalan (kronogram)
    • Sirno Ilang Kertaning Bumi (1400 CK/1478 M) : tahun keruntuhan Kerajaan Majapahit
    • Gajah Singo Keris Siji (1558 CK ) : tahun runtuhnya daerah Pati
  11. Sebagai sesanti agung (pengejawantahan filsafat dan simbol)
    • Simbol dhapur – pamor, kinatah Banteng – Singo. 
    • Yang terkenal : curigo manjing warongko, warongko manjing curigo, sebagai perlambang konsep Manunggaling Kawula - Gusti atau Jumbuhing Kawulo – Gusti, yaitu: suatu tataran di mana jiwa manusia telah manunggal dengan pencipta-Nya, seseorang yang sudah tahu tataran ilmu Sangkan – Paraning Dumadi, atau telah paham tentang maksud dan arah kehidupan, kearifan tertinggi ini digambarkan secara fisik curigo manjing warongko, warongko manjing curigo, dimana bilah dan warongko yang menyatu melambangkan tingkat kearifan yang tertinggi.
  12. Sebagai medium
    • Perantara dukun – guru kebatinan
  13. Sebagai hiasan
    • Dekorasi di tembok - tidak etis/Njawani
  14. Sebagai koleksi
    • Barang yang langka, dapat dijual
  15. Sebagai lambang korps/kesatuan
    • Diponegoro – Kujang
  16. Sebagai hobi pemuasan hati
  17. Terdapat dalam dunia pewayangan dan seni rupa batik 
  18. Sebagai sipat kandel (dianggap jimat)
Gbr. 1 Keris dan Warongko sebagai pengejawantahan konsep "Manunggaling Kawula Gusti"
Gbr. 2 Keris Gajah Singo sebagai pralambang Penaklukan Sultan Agung di Daerah Pati
Demikian beberapa multifungsi keris dalam budaya Jawa. Kepada anak cucu generasi penerus hendaknya disadari bahwa keris merupakan salah satu jati diri bangsa Indonesia yang wajib diuri-uri, dipepetri, dan dilestarikan sebagai warisan adiluhung budaya bangsa. Sehingga harapannya ke depan keris beserta nilai dan falsafah luhurnya akan terus lestari dalam sendi kehidupan masyarakat Jawa.
 

Salam Keris!!!
Mentaok Keris
Baca SelengkapnyaMultifungsi Keris dalam Masyarakat Jawa